YOUR TIME IS RUNNING OUT....

Sunday, September 16, 2007

Almie Ross

Sekurang-kurangnya dua bulan sebelum Hari Natal, Almie Rose, yang berusia sembilan tahun, memberitahuku dan ayahnya bahwa ia ingin sepeda baru. Sepeda Barbienya yang lama sudah terlalu kekanak-kanakan dan memerlukan ban baru.
Saat Natal semakin dekat, keinginannya memiliki sepeda kelihatannya memudar –atau begitulah dugaan kami, karena ia tak pernah menyebu-nyebutnya lagi. Dengan riang, kami mulai membeli hadiah yang dipromosikan paling baru –beberapa boneka Baby Sitter’s Club dan buku cerita cantik, rumah boneka, pakaian liburan dan mainan. Namun pada tanggal 23 Desember, kami terkejut saat dia mengumumkan dengan bangga bahwa ia “benar-benar menginginkan sepeda lebih baik daripada apapun juga.”
Kami tak tahu harus berbuat apa. Sekarang sudah terlambat, apalagi ditambah kesibukan menyiapkan maka malam natal dan membeli hadiah di saat-saat terakhir. Kami tak sempat lagi menyisihkan waktu untuk memilih “sepeda yang tepat” bagi putri kecil kami. Jadi, begitulah keadaanya –Malam Natal sekitar jam 9 malam, kami baru pulang dari pesta yang meriah, memikirkan sore yang akan kami hadapi –berjam-jam membungkus kado untuk anak-anak, kado orang tua, kado saudara, dan kado teman-teman. Almie Rose dan adiknya yang baru berusia 6 tahun, Dylan, tertidur lelap dalam ranjang mereka. Kami sekarang hanya dapat memikirkan sepeda itu, rasa bersalah dan gagasan bahwa kami adalah orang tua yang akan mengecewakan anaknya.
Saat itulah suamiku, Ron, mendapat ilham. “Bagaimana kalau aku membuat sepeda kecil dari tanah liat lalu menulis pesan bahwa dia bisa menukarkan model tanah liat itu dengan sepeda betulan?” Teorinya, tentu, karena sepeda adalah mainan orang dewasa dan Almie sudah menjadi “anak besar” jadi lebih baik kalau dia sendiri yang memilihnya. Jadi, Ron menghabiskan waktu lima jam berikutnya, bersusah payah membentuk tanah liat untuk menciptakan sebuah sepeda mini.
Tiga jam kemudian, pada pagi natal, kami begitu gembira menunggu Almie Rose membuka paket berbentuk hati kecil itu yang berisi sepeda tanah liat cantik warna merah-putih yang disertai pesan itu. Akhirnya, a membukanya dan membacanya dengan keras.
Ia menoleh padaku, lalu pada Ron, dan berkata, “Jadi, ini artinya, aku boleh menukar sepeda yang Papa bikin untukku dengan sepeda betulan?”
Dengan berseri-seri, aku berkata, “Ya”
Air mata Almie berlinang-linang saat ia menyahut, “Aku tak mau menukar sepeda cantik yang Papa bikin untukku. Aku lebih suka memiliki ini daripada sepeda betulan.”
Pada saat itu, kami bersedia melakukan apa saja untuk membelikan semua sepeda di bumi ini untuknya!

No comments: