YOUR TIME IS RUNNING OUT....

Tuesday, October 30, 2007

FOKUS GOPP dr.Andhyka...

Gebrakan Momentum Diamond or Die akan dimulai..Apakah Anda akan ikut bagian dari meledaknya momentum DOD??? Apakah Anda akan ikut Sukses bersama DOD??? Jika jawabannya iya, maka Anda harus bisa memanfaatkan Momentum Akbar DOD ini...
30 November Bandung HC : Pak Ilman 081809295434
1 Desember Jakarta HC : Pak Nover 021-70890859
2 Desember Jatinangor HC : Pak Sofyan 08179260861
6 Desember Bontang (tgl msh konfirmasi) HC : Pak Lukman 08125524804
9 Desember POWER of TIENS Palembang dengan dr.Andhyka sebagai pembicara.

Jadikan Momen2 tersebut sebagai ajang untuk Anda melebar / frontlining selebar-lebarnya.. Jadikan Momentum ini sebagai perjuangan Anda menuju Core Leader dan Executive Core Leader...INGAT Core Leader Weekend Februari'08..jadwal LIFE (Living in Freedom untuk EXCEL) menyusul.. Jadikan momentum ini sebagai peledakkan omzet bisnis anda dan penambahan jumlah NET-P Anda..

Anda harus punya target berapa banyak PROSPEK PRIBADI (bukan grup) yang akan Anda bawa ke GOPP.. Katakan Anda berhasil melepas 30 tiket untuk prospek pribadi, kemungkinan 15 yang datang GOPP, dan yang akan join 8 orang.. TIDAK TERASA ledakan momentumnya.. Target minimal prospek pribadi Anda yang ingin ke Hongkong gratis dengan UNICORE adalah 50 tiket!!! Ini jumlah Minimal... selanjutnya DUPLIKASIKAN!!!

Pastikan Anda menghubungi semua keluarga, saudara, teman anda untuk hadir di GOPP.. paling tidak keluarga Anda akan semakin mendukung Anda di bisnis ini, dan akan mengalirkan daftar nama yang selama ini terpendam... Trust Me, GOPP ini akan di set Beda!!!

Pastikan Bola salju keberhasilan Anda digelindingkan dari sekarang...
Ketika GOPP nanti kita akan promosi barang siapa yang langsung tutup *3 paling lama 1 minggu dari GOPP, akan gratis NET-P 3 bulan.. Anda sebagai sponsor yang investasi...

FOKUS GUYS!!!! Diamond or Die!!!

Wednesday, October 24, 2007

Papa Paling Keren Sejagat...

Usianya 50 tahun waktu aku lahir, dan dia adalah “Pak Ibu” bagiku. Aku tak tahu kenapa dia yang ada di rumah, bukannya Mama, tapi aku masih kecil dan satu-satunya diantara temanku yang masih memiliki ayah. Aku menganggap diriku sangat beruntung.
Papa melakukan banyak hal untukku selagi aku masih SD. Ia meyakinkan supir bis sekolah untuk menjemputku di rumah, bukannya di halte bis biasa yang enam blok jauhnya. Ia selalu sudah menyiapkan makan siang waktu aku pulang –biasanya roti pakai selai kacang dan jelly yang dibentuk sesuai dengan musimnya. Kesukaanku adalah waktu natal. Rotinya ditaburi gula hijau dan dipotong seperti bentuk pohon.
Ketika aku makin besar dan mencoba meraih kemandirianku, dan aku ingin menjauhi tanda cintanya yang “kekanak-kanakan” itu. Tapi, ia tak mau menyerah. Waktu aku masuk SLTA dan tak bisa lagi pulang untuk makan siang, aku mulai membawa makanan sendiri. Papa bangun lebih pagi sedikit dan membuatkannya untukku. Aku tak pernah tahu apa yang akan dibuatnya. Bagian luar kantungnya bisa ditutupi dengan lukisan gunung (yang menjadi ciri khasnya) atau sebuah hati yang ditulisi “Papa and Angie K.K” di tengahnya. Di dalam pasti ada serbet bergambar hati yang sama atau tulisan “Papa Sayang kamu.” Seringkali ia menulis lelucon atau teka-teki, seperti “Kenapa permen disebut popsicle bukannya momsicle?” Ia selalu punya peribahasa konyol yang membuatku tersenyum dan membuatku tahu bahwa ia mencintaiku.
Aku biasa menyembunyikan makan siangku supaya tak ada orang yang melihat kantungnya atau membaca serbetnya, tapi itu tak berlangsung lama. Salah seorang temanku melihat serbetnya suatu hari, merebutnya, dan mengoperkannya ke seluruh ruang makan. Wajahku merah padam karena malu. Herannya, keesokan harinya semua temanku menunggu untuk melihat serbetnya. Dari cara mereka bertingkah, kurasa mereka semua ingin memiliki seseorang yang menunjukkan jenis cinta seperti itu kepada mereka. Aku bangga sekali akan Papa. Selama tahun-tahun berikutnya kala aku SLTA, aku menerima semua serbet itu, dan masih menyimpan sebagian besar dari semua serbet itu.
Dan itu masih belum usai. Waktu aku pergi dari rumah untuk kuliah (pergi yang paling akhir), kusangka pesan-pesan itu akan berhenti. Tapi aku dan teman-temanku merasa gembira karena kebiasaan Papa terus berlanjut.
Aku rindu bertemu dengan ayahku waktu pulang sekolah setiap hari, jadi aku sering meneleponnya. Rekening teleponku jadinya cukup tinggi. Tidak peduli apa yang kami omongkan; aku hanya ingin mendengar suaranya. Kami memulai suatu ritus pada tahun pertama itu dan terus berlanjut. Setelah aku mengucapkan salam, ia selalu berkata, “Angie?”
“Ya, Pa?” aku menyahut.
“Papa sayang kamu.”
“Aku juga sayang Papa.”
Aku mulai mendapatkan surat hampir setiap hari Jumat. Staf di meja depan selalu tahu darimana surat-surat itu berasal –alamat pengirim ditulis “Si Ganteng.” Sering Amplopnya ditulis dengan krayon, dan bersama surat itu ia biasanya melampirkan gambar kucing dan anjing kami, gambar dirinya dan Mama, dan jika aku pulang akhir minggu sebelumnya, dilampirkan aku sedang berjalan-jalan keliling kota bersama teman dan memakai rumah sebagai tempat perhentian. Ia juga menggambar lukisan gunung dan tulisan berlingkaran hatinya, Papa n Angie K.K.
Surat dikirimkan setiap hari sebelum makan siang; jadi, aku selalu membawa suratnya pada saat aku pergi ke kafetaria. Aku sadar bahwa menyembunyikan surat itu percuma saja karena teman sekamarku adalah teman se-SLTA yang tahu tentang serbet Papa. Sebentar saja, kebiasaan itu menjadi ritus Jumat siang. Aku membaca suratnya, lalu tulisan dan amplopnya akan dioper-operkan.
Pada masa inilah Papa diserang kanker. Waktu suratnya tidak tiba pada suatu Jumat, aku tahu ia sakit dan tak sanggup menulis surat untukku. Ia biasa bangun jam 4 pagi supaya ia bisa duduk dalam rumah yang sepi untuk bisa menulis suratnya. Kalau ia absent mengirim hari Jumat, suratnya biasanya akan tiba satu atau dua hari setelahnya. Yang pasti suratnya selalu tiba. Teman-temanku biasa memanggilnya “Papa Paling Keren Sejagat.” Dan suatu hari mereka mengiriminya sebuah kartu, memberikan julukan itu, ditandatangani oleh mereka semua. Aku percaya ia mengajarkan pada kami segalanya tentang cinta seorang ayah. Aku tak akan kaget ketika teman-temanku mulai mengirimi serbet ke anak-anak mereka. Papa telah meninggalkan kesan yang akan tetap hidup bersama mereka dan memberikan inspirasi pada mereka untuk menyampaikan ungkapan cinta kepada anak-anak mereka sendiri.
Selama empat tahun aku kuliah, surat dan telepon datang pada jangka waktu teratur. Tapi tiba saatnya waktu aku memutuskan utnuk pulang dan menemaninya karena sakitnya semakin parah, dan aku tahu bahwa waktu kami bersama-sama memang terbatas. Itulah hari-hari yang paling sulit dilalui. Melihat lelaki ini, yang selalu bertingkah begitu muda, bertambah tua melampaui usianya. Pada akhirnya ia tak mengenali siapa aku dan akan memanggilku dengan nama saudara yang bertahun-tahun tidak dilihatnya. Meskipun aku tahu itu karena penyakitnya, hatiku tetap sakit karena ia tak bisa mengingat namaku.
Aku sendirian dengannya di kamar rumah sakit dua hari sebelum meninggal. Kami berpegangan tangan dan menonton TV. Waktu aku bersiap untuk pergi, ia berkata, “Angie?”
“Ya, Pa?”
“Papa sayang kamu.”
“Aku juga sayang Papa.”
Untuk semua Papa dan calon Papa dimanapun kau berada... especially untuk Papa dari Pak Yimmy yang juga sedang sakit... Berjuanglah Untuk Papa-Papa dan Mama-Mama Anda... Diamond or Die!!!

GRATIS!!!

Pada suatu sore, Putra kami menghampiri ibunya di dapur, yang sedang menyiapkan makan malam, dan ia menyerahkan selembar kertas yang sudah ditulisinya. Setelah ibunya mengeringkan tangannya pada celemek, ia membacanya dan inilah tulisan si anak :
Untuk memotong rumput $5
Untuk membersihkan kamar minggu ini $1
Untuk pergi ke took menggantikan Mama .50
Untuk menjaga adik waktu mama belanja .25
Untuk membuang sampah $1
Untuk rapor yang bagus $5
Untuk membersihkan dan menyapu halaman $2.99

Jumlah utang $14.75

Si Ibu memandang si anak yang berdiri di situ dengan penuh harap, dan aku bisa melihat berbagai kenangan terkilas dalam pikiran istriku. Jadi ia mengambil bolpen, membalikkan kertasnya, dan inilah yang dituliskannya.
Untuk Sembilan bulan ketika Mama mengandung kamu selama kamu tumbuh di dalam perut Mama, Gratis.
Untuk semua malam ketika Mama menemani kamu, mengobati kamu, dan mendoakan kamu, Gratis.
Untuk semua saat susah, dan semua air mata yang kamu sebabkan selama ini, Gratis.
Kalau dijumlahkan semua, harga cinta Mama adalah, Gratis.
Untuk semua malam yang dipenuhi rasa takut dan untuk rasa cemas di waktu yang akan datang, Gratis.
Untuk mainan, makanan, baju dan juga menyeka hidungmu, Gratis, Anakku.
Dan kalau kamu menjumlahkan semuanya, harga cinta sejati Mama adalah Gratis.
Yah, teman-teman, ketika anak kami selesai membaca yang ditulis ibunya, air matanya berlinang, dan ia menatap wajah ibunya dan berkata, “Ma, aku sayang sekali sama Mama.” Dan kemudian ia mengambil bolpen dan menulis dengan huruh besar-besar, “LUNAS!!!”

Monday, October 8, 2007

Sebuah Perlombaan Agung...


Ketika seorang atlit balap lari Sprint 100m akan bertanding, apapun dia lakukan untuk memenangkan perlombaan balap lari tersebut. Persiapan yang matang, latihan yang membosankan, pengorabanan yang melelahkan harus dilalui Sang Atlit. Ketika hari tersebut tiba, dan ketika pistol ditembakkan ke udara pertanda Sang Atlit harus memacu jantung dan mengeluarkan semua tenaganya untuk bisa memenangkan perlombaan balap lari yang sangat menentukan ini. Namun Skenario berkata lain, Sepersekian Detik Sang Atlit melewati garis Finish di belakang Sang Juara.. Penonton tetap menghormatinya denga memberikan tepuk tangan yang sangat meriah, namun pada hakikatnya Sang Atlit tersebut tetaplah Seorang PECUNDANG…

Tepat seperti cerita di atas yang saya rasakan sekarang, terlambat sepersekian detik untuk menjadi Seorang PEMENANG… Sudah lama aku menabung dari bonus Tianshi untuk mewujudkan salah satu Impian terbesarku yang juga merupakan Impian terbesar Ibu mertuaku, yakni Naik Haji.. Alhamdulillah uang tersebut sudah terkumpul dan sudah kami berikan untuk Sang Bunda Naik Haji.. Namun Skenario bercerita lain… Mungkin niat baik kami sudah dicatat oleh Sang Maha Kuasa, Namun ibarat sebuah perlombaan lari, Saya adalah Pecundang…

Tak ada kata lagi untuk menunda-nunda kerja keras, Tak ada kata lagi untuk menunda-nunda Kesuksesan, Karena Saya tidak ingin TERLAMBAT lagi untuk membahagiakan Bapak mertua saya… Bagaimana dengan Perlombaan Balap Lari Anda? Akankah Anda berlari sekencang-kencangnya untuk memenangkan Perlombaan? Atau Anda hanya akan menonton perlombaan tanpa mengambil hikmah sedikitpun dari setiap kejadian???

Berlarilah sekencang-kencangnya wahai Saudaraku, sebelum segala sesuatunya terlambat…Menangkan Pertandingan untuk Orang-orang yang Anda Cintai…

DIAMOND or DIE!!!