YOUR TIME IS RUNNING OUT....

Sunday, January 20, 2008

LENTERA SI BUTA

Pada suatu malam, seorang buta berpamitan pulang dari rumah sahabatnya.
Sang sahabat membekalinya dengan sebuah lentera pelita. Orang buta itu
terbahak berkata: "Buat apa saya bawa pelita? Kan sama saja buat saya!
Saya bisa pulang kok."
Dengan lembut sahabatnya menjawab, "Ini agar orang lain bisa melihat
kamu, biar mereka tidak menabrakmu." Akhirnya orang buta itu setuju
untuk membawa pelita itu.
Tak berapa lama, dalam perjalanan, benar saja, seorang pejalan menabrak
si buta. Dalam kagetnya, ia mengomel, "Hei, kamu kan punya mata! Beri
jalan buat orang buta dong!" Tanpa berbalas sapa, mereka pun saling
berlalu.
Selang beberapa lama, seorang pejalan lainnya menabrak si buta lagi.
Kali ini si buta bertambah marah, "Apa kamu buta? Tidak bisa lihat ya?
Aku bawa pelita ini supaya kamu bisa lihat!"
Penabrak itu menukas, "Kamu yang buta! Apa kamu tidak lihat, pelitamu
sudah padam!"
Si buta tertegun.. Menyadari situasi itu, penabraknya meminta maaf, "Oh,
maaf, sayalah yang 'buta', saya tidak melihat kalau Anda orang buta."
Si buta tersipu menjawab, "Tidak apa-apa, maafkan saya juga atas
kata-kata kasar saya tadi." Dengan tulus, si penabrak membantu
menyalakan kembali pelita yang dibawa si buta. Mereka pun melanjutkan
perjalanan masing-masing.
Dalam perjalanan selanjutnya, ada lagi pejalan yang menabrak orang buta
kita ini. Kali ini, si buta lebih berhati-hati, dia bertanya dengan
santun, "Maaf, apakah pelita saya padam?"
Penabraknya menjawab, "Lho, saya justru mau menanyakan hal yang sama."
Senyap sejenak. Secara berbarengan mereka bertanya, "Apakah Anda orang
buta?" Secara serempak pun mereka menjawab, "Iya," untuk kemudian
meledak dalam tawa.
Mereka pun berupaya saling membantu menemukan kembali pelita mereka yang
berjatuhan akibat bertabrakan.
Waktu itu juga seseorang lewat. Dalam keremangan malam, nyaris saja ia
menubruk kedua orang yang sedang mencari-cari pelita tersebut. Ia pun
berlalu, tanpa mengetahui bahwa mereka adalah orang buta. Timbul pikiran
dalam benak orang ini, "Rasanya saya perlu membawa pelita juga, jadi
saya bisa melihat jalan dengan lebih baik, dan orang lainpun bisa ikut
melihat jalan mereka."
***
Pelita melambangkan terang kebijaksanaan. Membawa pelita berarti
menjalankan kebijaksanaan dalam hidup. Pelita, sama halnya dengan
kebijaksanaan, melindungi kita dan pihak lain dari berbagai aral
rintangan (tabrakan!).
Si buta pertama mewakili mereka yang terselubungi kegelapan batin,
keangkuhan, kebebalan, ego, dan kemarahan. Selalu menunjuk ke arah orang
lain; tidak sadar bahwa lebih banyak jarinya yang menunjuk ke arah
dirinya sendiri.
Dalam perjalanan "pulang", ia belajar menjadi bijak melalui peristiwa
demi peristiwa yang dialaminya. Ia menjadi lebih rendah-hati karena
menyadari kebutaannya dan dengan adanya belas-kasihan pihak lain. Ia
juga belajar menjadi pemaaf.
Penabrak pertama mewakili orang-orang pada umumnya, yang kurang
kesadaran, yang kurang peduli. Kadang, mereka memilih untuk "membuta"
walaupun mereka bisa melihat.
Penabrak kedua mewakili mereka yang seolah bertentangan dengan kita,
yang sebetulnya menunjukkan kekeliruan kita, sengaja atau tidak sengaja.
Mereka bisa menjadi guru-guru terbaik kita. Tak seorang pun yang mau
jadi buta, sudah selayaknya kita saling memaklumi dan saling membantu.
Orang buta kedua mewakili mereka yang sama gelap batinnya dengan kita.
Betapa sulitnya menyalakan pelita kalau kita bahkan tidak bisa melihat
pelitanya. Orang buta sulit menuntun orang buta lainnya. Itulah
pentingnya untuk terus belajar agar kita menjadi makin melek, semakin
bijaksana.
Orang terakhir yang lewat mewakili mereka yang cukup sadar akan
pentingnya memiliki pelita kebijaksanaan.
Nah ...Sudahkah kita sulut pelita dalam diri kita masing-masing? Jika
sudah, apakah nyalanya masih terang, atau bahkan nyaris padam? JADILAH
PELITA, bagi diri kita sendiri dan sekitar kita.
Sebuah pepatah berusia 25 abad mengatakan: "Sejuta pelita dapat
dinyalakan dari sebuah pelita, dimana nyala pelita pertama tidak akan
meredup". Pelita kebijaksanaanpun, tak kan pernah habis terbagi.
Bila mata tanpa penghalang, hasilnya adalah penglihatan.
Jika telinga tanpa penghalang, hasilnya adalah pendengaran.
Hidung yang tanpa penghalang membuahkan penciuman.
Pikiran yang tanpa penghalang hasilnya adalah kebijaksanaan.

No comments: